Posted by: todung | 17 March 2008

PENDETA RESSORT HKBP MULTI FUNGSI

Apa yang dikerjakan pendeta di kota besar sehingga terkondisikan untuk menomorduakan pelayanan Firman Tuhan. Selaku pimpinan Jemaat sibuk mengurusi manajemen gereja, mengurusi penugasan pendeta diperbantukan, mengurusi administrasi gereja bersama sekretaris, mengurusi keuangan bersama bendahara dan penjaga harta, mengurusi pembangunan, melayani diakonia, menjenguk orang sakit, pelayanan doa dan konseling, penyajian musik dan paduan suara, melaksanakan kegiatan distrik, konven, mengajar pelajar sidi, memimpin sermon kategorial, sermon majelis, kebaktian wilayah, kebaktian minggu, menyusun warta Jemaat dan kegiatan rutin, dan rutinitas lainnya. Pengembangan Firman Tuhan hanya inklud dalam pelayanan rutin tersebut.

Kondisi pelayanan seperti ini terjadi setelah pelaksanaan Aturan dan Peraturan HKBP yang baru (Th 2002) dimana Pendeta Ressort secara langsung menjadi Pimpinan Gereja (Jemaat). Tidak seperti pada Aturan dan Peraturan sebelumnya bahwa manajemen gereja dilaksanakan oleh Guru Jemaat yang juga boleh dijabat oleh majelis tumpangan tangan lainnya.

Dalam aturan lama ini pendeta memiliki lebih banyak waktu menggumuli pelayanan Firman Tuhan secara berkualitas. Banyak pendeta termotivasi ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta keahlian pelayanan Firman melalui study otodidak, study di dalam dan di luar negeri. Sekarang, cukup dengan potensi apa adanya sudah cukup melayani resort (menjadi Pendeta Resort) di kota besar. Walau pun pada umumnya pendeta tidak diperlengkapi dan tidak dikhususkan mempelajari ilmu manajemen umum dan manajemen khusus gereja, namun memiliki tugas dan fungsi manajemen yang dominan, sehingga kesulitan pun boleh terjadi dalam pelaksanaan prinsip-prinsip manajemen itu sendiri.

Kerancuan manajemen seperti ini boleh berakibat pada kualitas dan sasaran pelayanan yang semakin menurun di HKBP karena akan lebih mentolerer kesibukan dalam manajemen gereja dan berwujud  pada kemewahan sebagai hal yang terkondisikan menjadi motivasi yang kuat. Dahulu memiliki motivasi yang kuat untuk prestasi demi pelayanan Firman yang berkualitas, sekarang prestasi demi memiliki kemewahan duniawi. Hal seperti ini harus dihindari. Sekali lagi, kesan kemewahan pendeta di kota besar hanya karena terkondisikan oleh Jemaat bukan karena sebuah motivasi.

Arah kepada prediksi di atas sudah mulai terlihat. Sekarang terjadi hampir setiap minggu terjadi pertukaran mimbar antar resort. Pendeta yang berkhotbah di setiap gereja berganti-ganti, datang dari gereja tetangga dan dari resort tetangga. Pendeta resort sendiri hanya sekali duakali berkhotbah di gerejanya. Kesimpulan sementara bahwa pendeta resort setempat sudah kehabisan teknik dan isi khotbah untuk dikhotbahkan di gerejanya, diperlukan teknik dan isi khotbah lain untuk merubah selera Jemaat. Mudah-mudahan hal ini tidak berlanjut. Lebih baik pendeta setempat mengembangkan Jemaat nya sendiri dari pada mengembangkan Jemaat lain.

Penulis: Anggota Majelis Pekerja Sinode (MPS) HKBP dari Distrik VIII Jawa Kalimantan, Th. 2003-2008


Responses

  1. Saya sependapat dengan Amang. Yang paling critical menurut saya pemosisian pendeta sebagai uluan huria, tidak diikuti kualitas leadership dan management yang memadai baik di bidang organisasi – recruitment kompetensi yang tepat – maupun pelayanan – perencanaan dan implementasi program – sebagai uluan ni huria i, jalan pintas yang dilakukan pendeta untuk mengatasi kekurangan tersebut adalah memilih orang-orang dalam organisasi gereja yang sejalan atau mendukung dia.

  2. Terima kasih sdr. Elumban. Semoga pasal yang menetapkan Pendeta Ressort otomatis menjadi Uluan (Pimpinan Jemaat) di Gereja Sabungan dan juga pasal yang memaksakan agar Pendeta menjadi Uluan (pimpinan Jemaat) juga di Gereja cabang (Pagaran) pada Aturan dan Peraturan HKBP 2002 boleh diamandemen oleh anggota jemaat melalui kesepakatan huria, yang diteruskan ke ressort untuk dibawa dan diusulkan oleh utusan Ressort ke Sinode godang pada Bulan September-Oktober 2008 yad untuk diamandemen. Pasal-pasal ini ternyata menjadi sumber utama perpecahan baru dalam tubuh HKBP. Kehadiran Pendeta hingga ke Gereja Pagaran ternyata mematikan upaya pemberdayaan potensi sumber daya manusia terutama para penatua dan tokoh gereja warga yang terdapat di gereja setempat, selain itu menjadi pos pembiayaan yang sangat besar. Kecenderungan baru lain ialah bahwa setiap gereja harus diisi oleh 2 atau 3 orang atau lebih Pendeta Diperbantukan karena Pendeta Ressort yang multi fungsi begitu sibuk. Jika Gereja tersebut mampu, lumayan, tetapi bila dipaksakan maka terjadilah chaos dengan sendirinya. Anehnya lagi Pendeta diperbantukan dalam satu ressort banyak yang tidak sepaham dan tidak hormat kepada pimpinannya Pendeta Ressort. Mari kita doakan sukses untuk Sinode Godang HKBP 2008 untuk perubahan dan untuk kemajuan HKBP di seluruh dunia selanjutnya. GBU


Leave a comment

Categories